Selamat datang di dunia saya, dunia penuh imajinasi, warna, dan asa. Mohon Maaf bila tak berkenan di hati, toh saya hanya manusia sejati. Selamat menikmati :D

Minggu, 26 Agustus 2012

#001: Sehelai Benang diantara Tumpukan Jarum


"Naufal, bangun nak! sudah jam setengah delapan!"
GUBRAKKK
"Huaaaaaaa!!!??" Gue, yang saat itu hendak 'menghimpun nyawa' dan berusaha keluar dari dunia mimpi untuk kembali ke dunia nyata, tersentak kaget dan terjatuh dari ranjang.
Yap, itu adalah hari pertama gue masuk SMA baru gue, MAN Insan Cendekia. Bagus? Yah, mayoritas orang yang gue tanya sih bilang begitu. Tapi, menurut gue semua sekolah tuh bagus, tinggal niat siswa yang belajar di dalamnya.. baik atau buruk? kalo anak gak niat belajar dimasukkan ke Insan Cendekia sih, gak bakal sukses.. tapi kalo anak yang punya 'semangat muda' dimasukkan ke sekolah pelosok sekalipun, gue yakin, Habibi sekalipun lewat ama dia!
back to my diary...
Gue segera mandi dan memakai baju garis-garis gue yang sudah abandoned banget deh. Tapi, apa boleh buat, karena baju ini satu-satunya baju yang kesorot di mata gue saat men-scan lemari baju gue dalam keadaan panik (saking paniknya, yang gue pilih malah baju di tumpukan paling dasar.. dan percaya deh, merapikan ulang tumpukan baju yang jatuh dalam waktu 5 menit dan keadaan panik tuh bener-bener gak enak XD ) Gak sempet sarapan, gue pamitan sama nenek gue tercinta dan beberapa tetangga (oh ya, tentunya gue make celana saat itu, meski gak tertulis di kalimat sebelumnya -_-). Setelah ber-cipika-cipiki ria, gue dan kedua orang tua gue segera 'melancong' ke arah Serpong via Tol Lingkarluar Jakarta. Fortunately, my lovely mother brought a tupperware that contains rice and a fried chicken inside. Dan bisa ditebak, gue yang saat itu masih berwujud setengah 'zombie' (baca: belekan, ileran, sempoyongan, kelaperan, dan hal-hal menggemaskan (?) lainnya) melahap menu makan pagi gue itu dalam waktu kurang dari 5 menit.
Gak lama setelah gue 'bersua' dengan si dia (re: makan pagi), gue melihat sebuah gapura bertuliskan "khusus 17 tahun keatas" (ups, salah denk) okeoke, yang bener tuh gini: "Departemen Agama RI: MAN Insan Cendekia" Artinya, gue telah memasuki area calon pengantin sekolah gue. Bisa ditebak, gue salah satu calon siswa yang terlambat.

Dengan jiwa pembalapnya yang belum redup, papa mencari parkiran dengan kecepatan yang gak ada bedanya ama laju mobil di lajur kanan jalan tol. Walhasil, mobil sukses diparkirkan di tempat yang cukup teduh di dekat papan panjat tebing/entah apalah itu namanya. Gue bergegas melesat ke suatu gedung-yang gue ketahui kemudian sebagai gedung serba guna-dan melakukan daftar ulang disana.
Gue mengantri layaknya seorang pemuda melamar wanita pekerjaan (soalnya saat itu gue berbaris dengan keadaan memegang ijazah SKHUAMBN di dalam sebuah map). Saat itu, tiba-tiba ada yang nyolek gue dari belakang. otomatis, kepala gue berputar 360 derajat layaknya burung hantu. Ternyata, seorang anak laki-laki berkacamata mengajak gue berkenalan.
"Hey, nama kamu siapa?"
Oke, ini agak freak menurut gue, karena selama ini gak ada yang pernah ber-aku kamu dengan gue selain keluarga gue, apalagi seorang laki-laki. Tapi gak papa lah, toh baru kenalan...
"Naufal" jawab gue pendek.
"Aku Hanif" sahutnya (well, inilah syndrome berkenalan. Padahal gak ditanya balik, eeh malah menyebutkan nama...)
"Tinggalnya dimana?" kata seorang bapak-kayaknya sih bapaknya-di sampingnya.
"Ciputat, pak... " gue cium tangan beliau dan seorang ibu di sampingnya.
"Wah, deket ya, dek?" sahut bapak itu lagi.
"Iya, pak.. 15 menit perjalanan" Sahut gue. "Bapak asal mana?" Kata gue lagi. Wah, gawat juga, nih.. virus gak-bisa-diem gue kambuh. Udah ngomong, maunya ngomong lagi.
"Dari Jawa (oke, gue lupa bapak itu ngomong daerah mana)" Jawab beliau.
Tak lama kemudian, tibalah giliran gue daftar ulang. Gue diminta menyerahkan ijazah dan dipaksa disuruh membaca buku peraturan IC untuk kemudian ditanda tangan di atas materai Rp 6.000,- .
Gue pun masuk ke ruang serbaguna ditemani oleh my beloved parents untuk mengikuti acara selanjutnya: sambutan para petinggi MAN Insan Cendekia. Iseng, gue mengedarkan pandangan ke orang-orang di sekitar gue.
Gue mulai berpikir jernih. Ya, sekarang gue berada di antara orang-orang dengan intelektual yang tajam. Gue merasa seperti sehelai benang di antara tumpukan jarum. Entah kenapa, gue sedikit minder akan keadaan ini. Tidak main-main... 120 orang (termasuk gue) terseleksi di antara 4500 pendaftar bukanlah suatu statement yang terbantahkan kesaktiannya dengan mudah. Beruntung? mungkin... termasuk gue. Gue yang saat detik-detik menuju tes tertulis untuk masuk sekolah ini tidak belajar pelajaran sekolah sama-sekali, bisa diterima dan sekarang duduk sebagai calon siswa di MAN Insan Cendekia ini. Gue gak berhenti-berhentinya bersyukur kepada Yang Maha Mengetahui karena telah memberikan yang terbaik (Insya Allah) bagi karir pendidikan gue.
Selepas acara, gue disuruh mengangkut barang-barang gue ke calon asrama gue (anggap aja calon, toh belum menempati XD ) Ohya, sebelumnya barang-barang gue diperiksa dulu nih... nah, saat pemeriksaan, gue juga dikasih tau nama-nama temen sekamar gue (1 kamar diisi 4 orang). Saat gue hendak melihat daftar nama dan kamar calon siswa...
"Lun!" Sonny, temen SMP gue yang juga lolos di sekolah mahadahsyat ini, memanggil gue dari sudut ruangan. Dia duduk bersama seseorang yang nampaknya 'tampang tua' *ups
Gue kenalan sama orang di sebelahnya, dan ternyata dia salah satu temen sekamar gue. Setelah berkenalan, barang-barang gue diperiksa (walhasil makana gue kena sita XD). Lalu, gue Shalat Dzuhur dan dilanjutkan dengan pengangkutan barang ke calon asrama gue.
Waw, malam ini gue bakal tidur bareng 3 anak jenius!





1 komentar:

  1. hohohooo.. hebat hebaat...
    so how's life?
    getting bored already?

    BalasHapus